Selasa, 10 Juni 2014

ERP DAN SCM


“ERP DAN SCM”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
“GENAP”
logo-perbanas - Copy











Oleh :                                                         Kelas : B

Nama                                                                   Nim
M. FAJRUL FALAKH                                       ( 2011210432 )


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS
2014


ERP

Perencanaan sumber daya perusahaan, atau sering disingkat ERP dari istilah bahasa Inggrisnya, enterprise resource planning, adalah sistem informasi yang diperuntukkan bagi perusahan manufaktur maupun jasa yang berperan mengintegrasikan dan mengotomasikan proses bisnis yang berhubungan dengan aspek operasi, produksi maupun distribusi di perusahaan bersangkutan.
ERP berkembang dari Manufacturing Resource Planning (MRP II) yang ber-evolusi dari Material Requirement Planning (MRP) yang berkembang sebelumnya. Sistem ERP secara modular biasanya menangani proses manufaktur, logistik, distribusi, persediaan (inventory), pengapalan, invoice, dan akuntansi perusahaan. Ini berarti bahwa sistem ini nanti akan membantu mengontrol aktivitas bisnis seperti penjualan, pengiriman, produksi, manajemen persediaan, manajemen kualitas, dan sumber daya manusia. Secara modular, software ERP biasanya terbagi atas modul utama yakni Operasi serta modul pendukung yakni Finansial dan akuntasi serta Sumber Daya Manusia. Investasi ERP sangatlah mahal dan pilihan ERP yang salah bisa menjadi mimpiburuk perusahaan, ERP yang berhasil digunakan oleh sebuah perusahaan tidak menjadi jaminan berhasil di perusahaan lain. Sehingga perencanaa harus dilakukan untuk menyeleksi ERP yang tepat. Bahkan dalam beberapa kasus yang ekstrim, evaluasi pilihan ERP menghasilkan rekomendasi untuk tidak membeli ERP, tetapi memperbaiki Business Process yang ada. Secara singkat, tidak semua ERP sama kemampuannya dan memilih ERP tidaklah mudah (paling tidak, tidaklah sederhana), dan memilih ERP yang salah akan menjadi bencana yang mahal

Keuntungan penggunaan ERP
1.      Mengapa kita perlu ERP ; karena banyak berbagai keuntungan seperti di bawah ini;
o   Integrasi data keuangan
Untuk mengintegrasikan data keuangan sehingga top management bisa melihat dan mengontrol kinerja keuangan perusahaan dengan lebih baik
o   Standarisasi Proses Operasi
Menstandarkan proses operasi melalui implementasi best practice sehingga terjadi peningkatan produktivitas, penurunan inefisiensi dan peningkatan kualitas produk
o   Standarisasi Data dan Informasi
Menstandarkan data dan informasi melalui keseragaman pelaporan, terutama untuk perusahaan besar yang biasanya terdiri dari banyak business unit dengan jumlah dan jenis bisnis yg berbeda-beda.
Keuntungan yg bisa diukur
  • Penurunan inventori
  • Penurunan tenaga kerja secara total
  • Peningkatan service level
  • Peningkatan kontrol keuangan
  • Penurunan waktu yang di butuhkan untuk mendapatkan informasi

Suksesor Penerapan

Syarat sukses memilih ERP (Pengetahuan dan Pengalaman)
·         Pengetahuan adalah pengetahuan tentang bagaimana cara sebuah proses seharusnya dilakukan, jika segala sesuatunya berjalan lancar
·         Pengalaman adalah pemahaman terhadap kenyataan tentang bagaimana sebuah proses seharusnya dikerjakan dengan kemungkinan
·         Pengalaman tanpa pengetahuan bisa menyebabkan terulangnya atau terakumulasinya kesalahan dan kekeliruan karena tidak dibekali dengan pemahaman yg cukup. Kesalahan ini muncul atau terjadi karena ERP adalah sebuah best practice dari standar bisnis. Seharusnya pengetahuan pada fungsi-fungsi yang tersedia dalam aplikasi cukup tinggi sehingga tidak menerapkan (implementation) dengan cara yang keliru. Kesalaahan dalam implementasi akan menjadi masalah serius bagi usaha peningkatan kinerja usaha.

Pemilihan Metodologi

Metodologi yang berkaitan dengn ERP an munculnya permasalahan
·         Pengetahuan tanpa pengalaman menyebabkan orang membuat perencanaan yang terlihat sempurna tetapi kemudian terbukti tidak bisa diimplementasikan
·         Ada struktur proses seleksi yang sebaiknya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dalam memilih ERP
·         Proses seleksi tidak harus selalu rumit agar efektif. Yang penting organized, focused dan simple
·         Proses seleksi ini biasanya berkisar antara 5-6 bulan sejak dimulai hingga penandatanganan order pembelian ERP
·         Berikut ini adalah akivitas yang sebaiknya dilakukan sebagai bagian dari proses pemilihan software ERP: analisis strategi bisnis, analisis sumber daya manusia, analisis infrastruktur dan analisis software

Analisa Strategi Usaha

·         Bagaimana level kompetisi di pasar dan apa harapan dari customers?
·         Adakah keuntungan kompetitif yang ingin dicapai?
·         Apa strategi bisnis perusahaan dan objectives yang ingin dicapai?
·         Bagaimana proses bisnis yang sekarang berjalan vs proses bisnis yang diinginkan?
·         Adakah proses bisnis yang harus diperbaiki?
·         Apa dan bagaimana prioritas bisnis yang ada dan adakah rencana kerja yang disusun untuk mencapai objektif dan prioritas tersebut?
·         Target bisnis seperti apa yang harus dicapai dan kapan?

Analisa Sumberdaya Manusia

·         Bagaimana komitment top management terhadap usaha untuk implementasi ERP?
·         Siapa yang akan mengimplementasikan ERP dan siapa yg akan menggunakannya?
·         Bagaimana komitmen dari tim implementasi?
·         Apa yang diharapkan para calon user terhadap ERP?
·         Adakah ERP champion yang menghubungkan top management dengan tim?
·         Adakah konsultan dari luar yang disiapkan untuk membantu proses persiapan?

Analisa Infrastruktur

·         Bagaimanakah kelengkapan infrastruktur yang sudah ada (overall networks, permanent office systems, communication system dan auxiliary system)
·         Seberapa besar budget untuk infrastruktur?
·         Apa infrastruktur yang harus disiapkan?

Analisa Perangkat Lunak

·         Apakah perangkat lunak tersebut cukup fleksibel dan mudah disesuaikan dengan kondisi perusahaan?
·         Apakah ada dukungan layanan dari penyedia, tidak hanya secara teknis tapi juga untuk kebutuhan pengembangan sistem di kemudian hari
·         Seberapa banyak waktu untuk implementasi yang tersedia
·         Apakah perangkat lunak memiliki fungsi yang bisa meningkatkan proses bisnis perusahaan

Penerapan ERP

Berikut ini adalah ringkasan poin-poin yg bisa digunakan sebagai pedoman pada saat implementasi ERP:
·         ERP adalah bagian dari infrastruktur perusahaan, dan sangat penting untuk kelangsungan hidup perusahaan. Semua orang dan bagian yang akan terpengaruh oleh adanya ERP harus terlibat dan memberikan dukungan
·         ERP ada untuk mendukung fungsi bisnis dan meningkatkan produktivitas, bukan sebaliknya. Tujuan implementasi ERP adalah untuk meningkatkan daya saing perusahaan
·         Pelajari kesuksesan dan kegagalan implementasi ERP, jangan berusaha membuat sendiri praktek implementasi ERP. Ada metodologi tertentu untuk implementasi ERP yang lebih terjamin keberhasilannya

Gagalnya ERP

·         Waktu dan biaya implementasi yang melebihi anggaran
·         Pre-implementation tidak dilakukan dengan baik
·         Strategi operasi tidak sejalan dengan business process design dan pengembangannya
·         Orang-orang tidak disiapkan untuk menerima dan beroperasi dengan sistem yang baru
·         Kurangnya edukasi dalam tahap implementasi akan memberikan kesulitan bagi user yang justru akan memperlambat proses bisnis

Tanda-tanda kegagalan ERP

Kegagalan ERP biasanya ditandai oleh adanya hal-hal sebagai berikut:
·         Kurangnya komitmen top management
·         Kurangnya pendefinisian kebutuhan perusahaan (analisis strategi bisnis)
·         Cacatnya proses seleksi software (tidak lengkap atau terburu-buru memutuskan)
·         Kurangnya sumber daya (manusia, infrastruktur dan modal)
·         Kurangnya ‘buy in’ sehingga muncul resistensi untuk berubah dari para karyawan
·         Kesalahan penghitungan waktu implementasi
·         Tidak cocoknya software dgn business process
·         Kurangnya training dan pembelajaran
·         Cacatnya project design & management
·         Kurangnya komunikasi
·         Saran penghematan yang menyesatkan

Software ERP

Beikut adalah software ERP yang saat ini beredar, baik yang berlisensi bayar maupun open source
·         INTACS
·         Acumatica
·         Dynamics AX
·         Compiere
·         Averill AllStock
·         ORACLE
·         JDE
·         BAAN
·         MFGPro
·         Protean
·         Magic
·         aLTiUs
·         RUN System
·         SAP
·         Onesoft
·         IFS
·         AGRESSO
·         BOSERP
·         EuClid System
·         Mincom Ellipse
·         Axapta
·         SPIN - Datadigi Indonesia
·         WD ERP-SYS
·         IES
·         Orlansoft
·         Sisinusa
·         Colibris Indonesia
·         OpenERP
·         BizBoss
·         Microsoft Dynamics NAV
·         Cyber Cycle
·         QAD




SCM

Supply chain adalah rangkaian atau jaringan perusahaan-perusahaan yang bekerja bersama-sama untuk membuat dan menyalurkan produk atau jasa kepada konsumen akhir. Rangkaian ini terdiri dari penyedia bahan baku, pabrik, distributor, penjual grosir, pengecer, dan pembeli.
Sedangkan arti Supply Chain Management secara informal adalah membuat sesuatu berada pada tempat yang tepat di waktu yang tepat, dengan biaya yang termurah dan menghasilkan nilai.
Dalam supply chain ada 3 aliran yang terlibat:
  1. Aliran material. Dilihat mulai dari penyedia bahan baku: aliran bahan mentah, produk setengah jadi, produk akhir. Arah sebaliknya: pengembalian pruduk gagal, daur ulang, perbaikan.
  2. Aliran informasi. Dilihat mulai dari penyedia bahan baku: kapasitas produksi pabrik, penjadwalan pengiriman, promosi yang sudah dilakukan. Arah sebaliknya: laporan penjualan, persediaan, perkembangan promosi.
  3. Aliran uang. Dilihat mulai dari penyedia bahan baku: piutang, biaya pengiriman, pembelian, pendapatan. Arah sebaliknya: pembayaran.
http://bluewarrior.files.wordpress.com/2009/12/aliran.jpg?w=300&h=149







Fungsi dasar SCM:
  1. Secara fisik, mengubah bahan mentah dan komponen penunjangnya menjadi produk dan mengantarkannya kepada konsumen.
  2. Memastikan produk/layanan diantarkan sesuai dengan permintaan pelanggan.

http://hari-cio-8a.blog.ugm.ac.id/files/2013/04/SCM.jpgKONSEP SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

Penerapan konsep Supply Chain Management (SCM) sesungguhnya bukan merupakan suatu konsep yang baru. Menurut Jebarus (2001) SCM merupakan pengembangan lebih lanjut dari manajemen distribusi produk untuk memenuhi permintaan konsumen. Konsep ini menekankan pada pola terpadu yang menyangkut proses aliran produk dari supplier, manufaktur, retailer hingga kepada konsumen. Dari sini aktivitas antara supplier hingga konsumen akhir adalah dalam satu kesatuan tanpa sekat pembatas yang besar, sehingga mekanisme informasi antara berbagai elemen tersebut berlangsung secara transparan. SCM merupakan suatu konsep menyangkut pola pendistribusian produk yang mampu menggantikan pola-pola pendistribusian produk secara optimal. Manajemen Rantai Pasokan (Supply chain management) adalah sebuah ‘proses payung’ di mana produk diciptakan dan disampaikan kepada konsumen dari sudut struktural. Sebuah supply chain (rantai pasokan) merujuk kepada jaringan yang rumit dari hubungan yang mempertahankan organisasi dengan rekan bisnisnya untuk mendapatkan sumber produksi dalam menyampaikan kepada konsumen. (Kalakota, 2000, h197). Tujuan yang hendak dicapai dari setiap rantai pasokan adalah untuk memaksimalkan nilai yang dihasilkan secara keseluruhan (Chopra, 2001, h5). Rantai pasokan yang terintegrasi akan meningkatkan keseluruhan nilai yang dihasilkan oleh rantai pasokan tersebut.
Perusahaan memerlukan sesuatu yang sangat ekonomis guna melakukan kegiatan memproduksi untuk memperoleh keuntungan. Untuk mencapai keinginan tersebut, kelancaran arus material yang diperlukan pasti melibatkan lebih dari satu rantai pasokan. Faktor kritis dalam rantai pasokan yang efisien adalah pembelian, karena tugas pembeliaan untuk menyeleksi pemasok (berikut materialnya) dan kemudian membangun hubungan yang saling menguntungkan. Tanpa pemasok yang baik dan tanpa pembelian yang memadai, rantai pasokan tidak akan memiliki peran untuk kondisi pasar pada masa seperti sekarang ini.Manajemen Rantai Suplai adalah koordinasi dari bahan, informasi dan arus keuangan antara perusahaan yang berpartisipasi. Manajemen rantai suplai bisa juga berarti seluruh jenis kegiatan komoditas dasar hingga penjualan produk akhir ke konsumen untuk mendaur ulang produk yang sudah dipakai.Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan pembuangan. Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan status pesanan, arus ini berjalan dua arah antara konsumen akhir dan penyedia material mentah. Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal pembayaran dalam penetapan kepemilikandan pengiriman. (Kalakota, 2000, h198)
Menurut Turban, Rainer, Porter (2004, h321), terdapat 3 macam komponen rantai suplai, yaitu: 
1.             Rantai Suplai Hulu/Upstream supply chain
Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufaktur dengan para penyalurannya (yang mana dapat manufaktur, assembler, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada pada penyalur mereka (para penyalur second-trier). Hubungan para penyalur dapat diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material (contohnya bijih tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan.
2.             Manajemen Internal Suplai Rantai/Internal supply chain management.Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses pemasukan barang ke gudang yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam keluaran organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan masuk ke dalam organisasi. Di dalam rantai suplai internal, perhatian yang utama adalah manajemen produksi, pabrikasi, dan pengendalian persediaan.
3.             Segmen Rantai Suplai Hilir/Downstream supply chain segmentDownstream (arah muara) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream supply chain, perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan after-sales-service.
Permasalahan Manajemen Rantai Pasokan :
  1. Distribusi Konfigurasi Jaringan: Jumlah dan lokasi supplier, fasilitas produksi, pusat distribusi ( distribution centre/D.C.), gudang dan pelanggan.
  2. Strategi Distribusi: Sentralisasi atau desentralisasi, pengapalan langsung, Berlabuh silang, strategi menarik atau mendorong, logistik orang ke tiga (Pabean).
  3. Informasi: Sistem terintregasi dan proses melalui rantai suplai untuk membagi informasi berharga, termasuk permintaan sinyal, perkiraan, inventaris dan transportasi dsb.
  4. Manajemen Inventaris: Kuantitas dan lokasi dari inventaris termasuk barang mentah, proses kerja, dan barang jadi.
  5. Aliran dana: Mengatur syarat pembayaran dan metodologi untuk menukar dana melewati entitas didalam rantai pasokan.
Manajemen rantai pasokan ialah pendekatan antar-fungsi (cross functional) untuk mengatur pergerakan material mentah kedalam sebuah organisasi dan pergerakan dari barang jadi keluar organisasi menuju konsumen akhir. Sebagaimana korporasi lebih fokus dalam kompetensi inti dan lebih fleksibel, mereka harus mengurangi kepemilikan mereka atas sumber material mentah dan kanal distribusi. Fungsi ini meningkat menjadi kekurangan sumber ke perusahaan lain yang terlibat dalam memuaskan permintaan konsumen, sementara mengurangi kontrol manajemen dari logistik harian. Pengendalian lebih sedikit dan partner rantai suplai menuju ke pembuatan konsep rantai suplai. Tujuan dari manajemen rantai pasokan ialah meningkatkan ke[percayaan dan kolaborasi diantara rekanan rantai suplai, dan meningkatkan inventaris dalam kejelasannya dan meningkatkan percepatan inventori.Secara garis besar, fungsi manajemen ini bisa dibagi tiga, yaitu distribusi, jejaring dan perencaan kapasitas, dan pengembangan rantai pasokan. Beberapa model telah diajukan untuk memahami aktivitas yang dibutuhkan untuk mengatur pergerakan material di organisasi dan batasan fungsional. SCOR adalah model manajemen rantai suplai yang dipromosikan oleh Majelis Manajemen Rantai Pasokan. Model lain ialah SCM yang diajukan oleh Global Supply Chain Forum (GSCF). Aktivitas rantai pasokan bisa dikelompokan ke tingkat strategi, taktis, dan operasional. Tujuan dalam rantai pasokan ialah memastikan material terus mengalir dari sumber ke konsumen akhir. Bagian-bagian (parts) yang bergerak didalam rantai pasokan haruslah berjalan secepat mungkin. Dan dengan tujuan mencegah terjadinya penumpukan inventori di satu lokal, arus ini haruslah diatur sedemikian rupa agar bagian-bagian tersebut bergerak dalam koordinasi yang teratur. Istilah yang sering digunakan ialah synchronous. (Knill, 1992), “tujuannya selalu berlanjut, arus synchronous. Berlanjut artinya tidak ada interupsi, tidak ada bola yang jatuh, tidak ada akumulasi yang tidak diperlukan. Dan synchronous berarti semuanya berjalan seperti balet. Bagian-bagian dan komponen-komponen dikirim tepat waktu, dalam sekuensi yang seharusnya, sama persis sampai titik yang mereka butuhkan. ”Terkadang sangat susah untuk melihat sifat arus “akhir ke akhir” dalam rantai pasokan yang ada. Efek negatif dari kesulitan ini termasuk penumpukan inventori dan respon tidak keruan pada permintaan konsumen akhir. Jadi, strategi manajemen membutuhkan peninjauan yang holistik pada hubungan pemasok. Teknologi informasi memungkinkan pembagian cepat dari data permintaan dan penawaran. Dengan membagi informasi di seluruh rantai suplai ke konsumen akhir, kita bisa membuat sebuah rantai permintaan, diarahkan pada penyediaan nilai konsumen yang lebih. Tujuannya adalah mengintegrasikan data permintaan dan suplai jadi gambaran yang akuarasinya sudah meningkatdapat diambil tentang sifat dari proses bisnis, pasar dan konsumen akhir. Integrasi ini sendiri memungkinkan peningkatan keunggulan kompetitif. Jadi dengan adanya integrasi ini dalam rantai pasokan akan meningkatkan ketergantungan dan inventori minimum.
Pada kesempatan kali ini kita akan membahas masalah transformasi menuju integrasi pada Supply Chain Management atau manajemen rantai pasokan. Sebelum masuk konsep transformasi pada manajemen rantai pasokan, kita ketahui konsep logistrik secara tradisional di industri yang cepat berubah ini mulai ditinggalkan, karena efektivitas dalam penyediaan produk yang tepat waktu, dan tepat pada tempatnya sangat dibutuhkan. Seperti dalam industri yang cepat berubah, seperti Personal Computer (PC), laptop, ipad, handphone dan barang elektronik lainnya. Produk-produk tersebut mudah usang, sehingga, apabila tidak segera didistribusikan secara tepat, maka hal ini dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar, karena kondisi industri ini tidak stabil dan tak terduga. Selain itu, permintaan konsumen yang semakin menuntut dan semakin beragam, membuat perusahaan perlu mencari cara untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi produk mereka. Untuk itulah perusahaan melakukan transformasi dari konsep logistik secara tradsional menjadi konsep manajemen rantai pasokan.
Terdapat perbedaan antara konsep manajemen rantai pasokan dengan konsep logistik secara tradisional. Konsep logistik secara tradisional umumnya mengacu pada aktivitas-aktivitas yang terjadi di dalam sebuah organisasi, sedangkan rantai pasok mengacu pada jaringan beberapa organisasi yang saling bekerjasama dan berkoordinasi memenuhi kebutuhan konsumen. Perbedaan lainnya, logistik lebih fokus pada aktivitas-aktivitas seperti pengadaan, distribusi, pemeliharaan dan manajemen persediaan. Sedangkan fokus manajemen rantai pasok selain yang dilakukan dalam logistik juga beberapa aktifitas lain meliputi pemasaran, pengembangan produk baru, keuangan dan layanan konsumen (Hugos, 2003, 4).
Dalam Buku ‘Information Technology for Management’, Turban et. al, (2004), dijelaskan definisi Supply Chain Management (manajemen rantai pasokan) merupakan sekumpulan aktivitas (dalam bentuk entitas/fasilitas) yang terlibat dalam proses transformasi dan distribusi barang mulai dari bahan baku paling awal dari alam sampai produk jadi pada konsumen akhir. Sebelumnya kegiatan-kegiatan tersebut mencakup pembelian secara tradisional dan berbagai kegiatan penting lainnya yang berhubungan dengan supplier dan distributor. Dari pengertian di atas maka suatu rantai pasokan terdiri dari perusahaan yang mengangkat bahan baku dari bumi/alam, perusahaan yang mentransformasikan bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau komponen, supplier bahan-bahan pendukung produk, perusahaan perakitan, distributor, dan retailer yang menjual barang tersebut ke konsumen akhir. Dengan definisi ini tidak jarang rantai pasokan  juga banyak diasosiasikan dengan suatu jaringan value adding activities. Keunggulan kompetitif dari manajemen rantai pasokan adalah bagaimana ia mampu me-manage aliran barang atau produk dalam suatu rantai pasokan. Dengan kata lain, model manajemen rantai pasokan mengaplikasikan bagaimana suatu jaringan kegiatan produksi dan distribusi dari suatu perusahaan dapat bekerja bersama-sama untuk memenuhi tuntutan konsumen.
Manajemen rantai pasok yang efektif membutuhkan pengembangan-pengembangan yang dilakukan secara simultan baik dari sisi tingkat layanan konsumen maupun internal operating efficiencies dari perusahaan-perusahaan dalam sebuah rantai pasok. Beberapa hal yang harus diperhatikan dari tingkat layanan konsumen adalah tingkat pemenuhan pesanan (order fill rates), ketepatan waktu pengiriman (on-time delivery) dan tingkat pengembalian produk oleh konsumen dengan berbagai alasan (rate of products returned by customer for whatever reason).
Dalam buku lain, Strategic Information Systems (Hunter, 2009) dijelaskan tahapan transformasi rantai pasokan yaitu transformasi As-Is menuju To-Be, yang dijelaskan dalam gambar berikut:
http://hari-cio-8a.blog.ugm.ac.id/files/2013/04/transformasi.jpg
Gambar 1. Komponen Penerapan SCM dari As-Is ke To Be
Setelah melakukan analisis yang tepat dan desain manajemen rantai pasokan, maka gambar di atas menjelaskan komponen-komponen yang berperan pelaksanaan manajemen rantai pasokan dan proses transformasi As-Is menuju To Be. Gambar di atas menunjukkan tujuan yang paling umum dan komponen transformasi yang melibatkan faktor manusia, proses bisnis, dan teknologi, sehingga dapat membangun pemesanan satu meja secara utuh, pembelian saluran, pelacakan pengiriman, dan sebagainya, untuk mendukung rantai pasokan keputusan Dengan model SCOR (Supply Chain Operations Reference Model) sekalipun yang merupakan standar industri diadopsi secara luas dan mungkin satu-satunya itu namun belum berhasil menangani kerangka transformasi dari tahap “As-Is” untuk “To-Be” untuk proyek-proyek manajemen rantai pasokan. Adapun model pendekatan untuk transformasi akan dijelaskan secara detail setelah bahasan ini. Secara khusus, gambar tersebut hanya menangani komponen proses bisnis dan teknologi tanpa menanggulangi setiap faktor-faktor sosial atau masalah manusia.
Untuk mencapai manajemen rantai pasokan To-Be (masa depan), dilakukanlah integrasi yang dapat menciptakan link antara perusahaan dengan konsumen, pemasok, dan anggota saluran distribusi lainnya. Integrasi ini mendukung adanya perubahan paradigma dari transformasi konsep logistik tradisional ke arah yang lebih kooperatif, berkelanjutan, dan strategi aliansi. Konsep ini menekankan pada integrasi aliran informasi maupun barang untuk proses inovasi perusahaan dalam rangka mencapai peningkatan kapabilitas perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen (Lee & Whang, 2000).
Integrasi manajemen rantai pasokan dilakukan untuk mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas sepanjang rantai pasokan  sehingga dapat meningkatkan performansi anggota rantai pasokan. Output dari integrasi ini dapat berwujud performa seperti penurunan biaya, peningkatan, pemanfaatan sumber daya, dan peningkatan kecepatan. Sedangkan tahapan rantai pasokan menuju rantai pasokan yang  terintegrasi terdiri dari beberapa tahapan, yaitu :
1. Baseline (Dasar)
Posisi dari kebebasan fungsional yang lengkap di mana    masing-masing fungsi bisnis seperti produksi dan pembelian melakukan aktivitas mereka secara sendiri-sendiri dan terpisah dari fungsi bisnis yang lain.

2. Integrasi Fungsional
Perusahaan telah menyadari perlu sekurang-kurangnya ada penggabungan antara fungsi-fungsi yang melakukan aktivitas hampir sama, misalnya antara bagian distribusi dan manajemen persediaan atau pembelian dengan pengendalian material.
3. Integrasi secara internal
Diperlukan pengadaan dan pelaksanaan perencanaan kerangka kerja end-to-end.
4. Integrasi secara eksternal
Integrasi rantai pasokan yang sebenarnya adalah  konsep menghubungkan dan koordinasi yang dicapai pada Tahap no. 3, yang diperluas dengan bagian supplier dan pelanggan.
Konsep integrasi pada rantai pasokan di atas adalah penggabungan bagian-bagian / aktivitas-aktivitas hingga membentuk keseluruhan. Fungsinya untuk meningkatkan hubungan di setiap rantai nilai, memfasilitasi pengambilan keputusan, memungkinkan terjadinya penciptaan nilai dan proses transfer dari supplier sampai ke pelanggan untuk mengoperasikan aliran informasi, pengetahuan, peralatan dan aset fisik. Karakteristik integrasi itu sendiri meliputi kerjasama, kolaborasi, berbagi informasi, kepercayaan, kemitraan, berbagi teknologi, kompatibilitas, berbagi resiko dan manfaat, komitmen dan visi yang sama, kebergantungan dan berbagi proses utama. Adapun jenis-jenis integrasi pada manajemen rantai pasokan antara lain :
a.       Integrasi fisik : perubahan dalam proses dan aktivitas untuk meningkatkan efisiensi proses inti
b.      Integrasi informasi : pertukaran informasi yang berhubungan dengan tingkat inventori, perencanaan transportasi / manufaktur,   peramalan, status aktual proses
c.       Integrasi koordinasi : keselarasan proses pengambilan keputusan disepanjang rantai pasok
d.      Integrasi desain rantai pasokan : kerjasama di dalam perubahan struktur rantai pasok.
Dalam proses integrasi tersebut, teknologi informasi (TI) dan sistem-sistem yang terkait diperlukan untuk mentransformasi cara perusahaan dalam menggunakan rantai pasokan sehingga memberikan perbedaan dalam prioritas kompetitif, (Kim dan Narasimhan, 2000). Teknologi informasi memungkinkan pembagian cepat dari data permintaan dan penawaran. Dengan membagi informasi di seluruh rantai pasokan ke konsumen akhir, kita bisa membuat sebuah rantai permintaan, diharapkan  pada penyediaan nilai konsumen yang lebih. Tujuannya ialah mengintegrasikan data permintaan dan pasokan jadi gambaran yang akurasinya sudah meningkat yang dapat diambil tentang sifat dari proses bisnis, pasar dan konsumen akhir. Integrasi ini sendiri memungkinkan peningkatan keunggulan kompetitif. Dengan adanya integrasi ini dalam manajemen rantai pasokan akan meningkatkan ketergantungan dan inventori minimum.
Konsep manajemen rantai pasokan memang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan teknologi informasi(TI). Bahkan kalau dilihat dari sejarahnya, justru kemajuan TI inilah yang melahirkan prinsip-prinsip dasar rantai pasokan. Alasannya adalah karena pengintegrasian berbagai proses dan entitas bisnis di dalam manajamen rantai pasokan adalah melakukan penggunaan bersama-sama terhadap informasi yang dimiliki dan dihasilkan oleh berbagai pihak.
Seperti dijelaskan di atas peranan informasi dalam manajemen rantai pasokan dipengaruhi oleh teknologi informasi yang digunakan. Teknologi informasi ini mempunyai peranan penting dalam dalam mendukung kinerja manajemen rantai pasokan. Peranan Teknologi Informasi pada masing-masing proses bisnis dalam manajemen rantai pasokan ini adalah  harus dapat menghimpun data secara real time mengenai berbagai informasi yang diperlukan pelanggan, seperti ketersediaan produk, waktu pengiriman, dan status pesanan.
Integrasi end to end dari semua elemen rantai pasokan dan fungsi yang dicapai dengan menerapkan komponen yang saling terkait. Rantai pasokan yang terintegrasi mulai dari tahap desain di tingkat vendor untuk waktu ketika ada respon konsumen pada tahap ritel. Jadi dengan adanya manajemen rantai pasokan yang terintegrasi diharapkan memiliki rantai pasokan terpadu yang terbaik karena kinerja pengiriman, persedian barang berkurang, waktu siklus yang lebih cepat, perkiraan yang akurat, biaya rendah rantai pasokan, peningkatan produktivitas secara keseluruhan, pengingkatan utilitas kapasitas, inventori minimum, dan sebagainya.


Daftar Rujukan